Keimanan Tanpa Kesalehan adalah Kesia-siaan

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Saleh, solih, soleh atau salih, terambil dari kata dasar berbahasa arab "sholaha-yashluhu-sholihatan" yang artinya bersih, murni, atau bening, juga bisa diartikan suci. Kesalehan adalah sebuah kondisi jiwa yang penuh dengan kebeningan, kemurnian, kebersihan, kesucian serta tidak ternodai oleh kotoran hati. Secara fisik jika seorang mu’min wajahnya berseri, orang-orang di sekitarnya bisa saja menyebut wajahnya saleh, artinya wajahnya bersih, wajahnya bening dan terpancar darinya aura kesucian.

Keimanan Tanpa Kesalehan adalah Kesia-siaan

Dalam Al-Qur’an kata saleh sering dipadankan dengan kata iman, beriman dan beramal saleh, artinya keimanan harus juga disertai kesalehan sebagai wujud atau bukti dari keimanan seseorang. Seorang yang mengaku beriman, tidak cukup jika tidak disertai perbuatannya yang saleh. Boleh dikata kesalehan adalah cermin dan gambaran nyata dari kemukminan seorang muslim. Singkatnya kesalehan harus menjadi ciri seorang mu’min, baik pria maupun wanita, dan, keberimanan seseorang harus dipertanyakan jika tidak terlahir dari sikap dan perbuatannya, kesalehan dari seluruh perilaku dan perbuatannya sehari-hari.

Seorang mu’min yang menjaga kesalehan dalam semua perbuatannya sejatinya sudah mempraktekkan konsep totalitas menjadi muslim seperti disebutkan dalam Qur’an "udkhuluu fis silmi kaaffah", masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan (komprehensif), jangan sampai seorang mu’min menyukai beberapa pedoman yang diajarkan Islam tapi juga mengingkari ajaran atau konsep yang lainnya. Namun untuk memasuki jenjang kesalehan yang paripurna bukanlah jalan yang mudah, akan banyak halangan, rintangan serta cobaan yang mendera.

Bukanlah kebetulan yang tidak disengaja jika Allah selalu menyandingkan kata iman dan kesalehan dalam sejumlah ayat yang termuat dalam Qur’an. Seakan-akan Allah menuntut siapa pun yang mengaku sudah memeluk Islam agar mempertahankan keimanan dengan kesalehan, sebab informasi yang disampaikan Allah dengan volume yang sering dan berkali-kali disampaikan adalah kesungguhan Allah memberikan peringatan kepada insan bahwa informasi yang disampaikan Allah itu memang harus disikapi dengan penuh kesungguhan. Artinya keimanan yang sifatnya batin juga harus tampak secara lahir dalam sikap, tindakan dan perbuatan yang bernuansa kesalehan, sebuah harga mati yang ditetapkan. Ibarat Kerangka Acuan Kehidupan (KAK) yang harus dipatuhi dan ditaati oleh insan yang sudah dianugerahi kesempatan menikmati kehidupan.

Muatan lain dari padanan kata iman dan kesalehan adalah teguran juga sekaligus anjuran yang sifatnya tuntutan agar dalam menjalani roda kehidupan, seorang muslim harus tetap berjalan di atas koridor keimanan dan kesalehan. Keimanan tanpa kesalehan adalah kesia-siaan, dan kesalehan tanpa dilandasi keimanan sungguh sesuatu yang percuma. Karena jika kedua tidak bersanding, tak pernah diberikan penilaian.

Kesalehan adalah perisai yang tidak boleh ternodai sedikit pun oleh kotoran-kotoran hati seperti ujub, riya, takabbur, sum’ah, ghibah serta sifat-sifat buruk lainnya. Sebab jika ada satu saja unsur buruk tersebut dalam sebuah perbuatan, maka kebersihan dan kesucian perbuatan itu patut dipertanyakan, dan di mata Allah tak kan pernah ada nilai, sebab Allah Maha Quddus, Allah Mahasuci. Allah tak mau ada kesalehan yang terkontaminasi kotoran dan penyakit, Allah tidak menerima perbuatan seorang mukmin jika di dalamnya ada najis-najis hati yang menodai kebersihan, kemurnian dan kesucian perbuatan itu sendiri.

Jadi sebagai gambaran, seorang mu’min yang seluruh perbuatannya selalu dilandasi kesalehan tak mungkin ia berbuat syirik. Sebuah kemustahilan jika semua tatakarya dan bukti dari bakti rasa syukur seorang mu’min kepada Allah terkandung di dalamnya najis-najis dan penyakit serta kotoran hati yang sangat berpotensi menodai kesalehan sebuah perbuatan.

Kesalehan berdampak pada ketenangan hati, ketentraman pikiran, tak ada rasa galau berkepanjangan, sebab semua perbuatan yang dilakukan senantiasa dilandasi kesucian hati, kebersihan pikiran dan kebeningan logika yang terbimbing hidayah Allah. Namun perlu diingat bahwa niat baik untuk memulai bukanlah sebuah perkara mudah, karena pasukan durjana syetan sudah menyiapkan manuver dan siasat serta tipu daya agar kita terjebak dalam perangkap mereka. Dan inilah sebuah pertarungan abadi bermusuhan dengan syetan. Sekali terjebak dalam perangkapnya, jadilah budaknya yang setia, namun kesempatan inilah yang harus dijadikan momentum paling indah dalam sebuah perjuangan merebut tahta keridloan Allah yang bertabur rahmat bertebar ampunan. Tak salah jika Rasulullah menyebut pertarungan ini dengan jihad akbar, perjuangan yang paling besar.

Walhasil, marilah mulai hari ini kita menjadi mukmin yang melandasi sebuah perbuatan dalam seluruh tatakarya hidupnya dengan kesalehan yang tidak terkontaminasi dengan najis, penyakit dan kotoran hati lainnya, agar semua jerih payah dan keluh kesah selama mengemban tugas sebagai khalifah Allah di bumi ini sukses penuh keberhasilan, sehingga Allah memanngil kita dengan "wahai jiwa yang tenang, masuklah ke Istana Surga-Ku,. Dan bergabunglah menjadi hamba-hamba-Ku."

Semoga bermanfaat.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url