Perilaku yang Salah Kaum Muthi'in

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Ada kaum yang oleh Rasulullah Saw, digolongkan sebagai kaum penghuni keraknya neraka. Padahal kaum itu sangat taat, melaksanakan perintah agama. Kaum muthi'in, namanya. Mereka melakukan semua ibadah bukan atas dasar kesadaran, keikhlasan berbuat, namun karena lingkungan. Ingin dikatakan paling rajin ibadah, paling besar donasinya, berdiri paling depan sehingga banyak orang mengenainya.

Perilaku yang Salah Kaum Muthi'in

Saat ini golongan tersebut bertebaran. Lihat saja perilaku mereka. Masjid penuh, tetapi tatacara ibadahnya beragam dan tidak satupun ulama yang berusaha memperbaikinya. Doa yang mereka panjatkan tidak menyentuh nilai adab. Mendikte Allah (naudzu billaah). Seakan keinginan mereka lebih baik dari rencana Allah. Berbondong bondong pergi ke Mekah, untuk umrah dan haji. Bukan sekali, tetapi berulang kali. Mereka biarkan fakir miskin tetap menderita. Sementara dia menghabiskan banyak uang untuk belanja dan pelesir.

Islam yang katanya Rahmatan lil 'alamin, tidak tercermin pada kehidupan sekarang ini. Indidualistis, ketidak pedulian atas penderitaan rakyat tidak menggerakkan hati dan uluran tangan untuk bergerak menolong. Mari kita bersama-sama belajar, mengaji, tumbuhkan kebutuhan untuk mengenal sisi Islam yang begitu asing pada saat ini.

Ada seseorang yang membuat karya tulis yang dia ketik di komputer. Berhari-hari, minggu, bulan, tahun, tenaga, pikiran, perasaan dia curahkan. Puas rasanya. Suatu saat dia ditanya, mana karyamu. Dengan penuh kebanggaan dia menceritakan kronologi pembuatan karyanya. Namun ketika dia membuka file yang telah dia buat, dia bingung, malu dan masygul bukan kepalang. Ternyata filenya error dan Dia lupa tidak men-backup filenya.

Demikianlah banyak orang yang merasa telah beramal, namun di hadapan Allah catatan amalnya nol. Dia tidak memulai amalnya dengan kalimat "Bismillaahirrohmaanirrohiim". Catatan amal seseorang akan dilihat, apakah seluruh persyaratan sudah terpenuhi: niat, cara, waktu, pelaksanaan, keikhlasan dan hasilnya. Persyaratan tidak terpenuhi, tidak ada amal. Persyaratan terpenuhi baru dilihat esensinya. Keluarlah nilai amaliahnya.

Berbuatlah amal sesuai tuntunan yang benar. Belajarlah mengenal kebaikan Allah, sehingga landasan amal kita adalah kesadaran bahwa kita diurus sepenuhnya oleh Allah, tidak sedikitpun kita mampu berbuat. Apapun hasil amal kita jangan dikaitkan dengan pahala atau kompensasi apapun dari Allah. Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan. Semoga perjalanan Ramadhan kita, lebih baik di 1437 H ini.

Aamiin. Yaa Robbal ;Aalamiin.
Penulis : Kamal Taufik
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url