Tahun Baru Nasional


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Hari ini kita sudah memasuki hari kedua di tahun baru 2018. Gegap gempita perayaan sudah dilalui dengan segala haru biru dan keramaian menyambut kedatangannya.

Tahun Baru Nasional

Setiap tanggal 1 Januari, pemerintah menetapkannya sebagai hari libur nasional dengan menandainya sebagai tanggal pertama di awal tahun yang berwarna merah. Pemerintah mengambil kebijakan seperti itu pada penanggalan masehi karena menyadari bahwa Indonesia bukan hanya negara dengan penduduk mayoritas muslim, tapi juga ada saudara setanah air, sebangsa dan sebahasa yang bukan muslim.

Itulah kenapa pemerintah tidak menetapkan tahun baru 1 Januari sebagai tahun baru nasrani. Pemerintah juga menanda tanggal merah pada setiap 1 Muharam sebagai tahun baru Ilslam sekaligus menetapkannya sebagai hari libur nasional. Tidak hanya itu, pada kalender tahunan di negara ini, juga ada hari libur nasional pada tanggal pertama perhitungan kalender Cina,

Betapa keragaman suku, bahasa dan budaya semua warga Negara Kesatuan Republik Indonesia selama puluhan tahun diakui keberadaannya oleh pemerintah dan masyarakat dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi, sesuatu yang tidak kita temui di negara lain.

Namun ada beberapa pihak yang mungkin setiap tahun memberi warna berbeda terhadap penanggalan 1 Januari. Bahwa 1 Januari bukan hanya dirayakan sebagai momentum pergantian tahun di seluruh dunia, tapi juga oleh Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim dan mempunyai penanggalan sendiri yaitu tahun baru Hijriyah yang menggunakan metode perhitungan perjalanan bulan.

Perbedaan perhitungan kalender Masehi atau syamsiyah dan kalender Islam atau Qomariyah, hanya berbeda di perhitungan perjalanan matahari dan bulan. Dan kita tidak boleh lupa bahwa kalender Hijriyah juga diakui oleh seluruh dunia Islam dan dirayakan dengan penuh khidmat.

Jika pemerintah menetapkan 1 Januari sebagai hari libur nasional juga sekaligus sebagai tahun baru secara nasional, itu artinya pemerintah bersikap bijak terhadap keragaman yang sudah ribuan tahun menjadi realitas sejarah yang tidak terbantahkan. Tidak ada salahnya warga muslim merayakan tahun baru yang sudah sudah ditetapkan sebagai tahun baru nasional. Artinya tahun baru masehi yang menggunakan perhitungan perjalanan matahari tidak berarti umat Islam merayakan tahun baru nasrani.

Saya sangat menyadari bahwa tanah air saya adalah Indonesia, ketika saya berada di Jayapura, itulah tanah air saya, pun ketika saya berada di Simeuleu, pulau di barat Sumatera, itu juga tanah air saya, dan di sana ada saudara-saudara yang satu kebangsaan, bangsa Indonesia, satu bahasa dengan saya, yaitu bahasa Indonesia.

Dan saya sangat merasa sedih jika ada sebahagian kawan saya yang muslim membuat jarak tertentu ketika menghadapi perayaan tahunan yang sudah menjadi perayanaan nasional, perayaan kebangsaan, yaitu tahun baru setiap tanggal 1 Januari, sementara kawan saya tinggal di tanah air yang sama dengan saudaranya yang satu kebangsaan.

Memang terasa berat ketika rasa keberagaman kita sedang menguat, lalu harus mengakui keberadaan agama lain, namun percayalah bahwa itulah realitas Indonesia, negara yang kita semua mencintainya.

Dan bagi saudara-saudara yang seiman, mari membuka isi pesan Allah dalam Surat Al-Hujurat tentang pengakuan Allah terhadap keragaman suku bangsa, dan kabilah yang semuanya punya kewajiban untuk saling mengenal, saling menghargai, saling menyayangi, sebab kita semua satu Indonesia, yang terlahir dari satu rahim bernama Ibu Pertiwi yang kini sedang merintih dan terus berdo’a agar kita semua anak-anak dan keturunannya memiliki kesadaran sebagai satu bangsa, satu tanah dan berbahasa yang sama, yaitu Indonesia.

Walhasil marilah kita mencoba merenungkan pikir, menerima realitas tentang Indonesia Raya, bukankah ada getaran dan rasa khidmat yang teramat sangat ketika kita semua menyanyikannya dengan posisi berdiri, lalu tiba-tiba saja tak terasa, kita menitikkan air mata, bersyukur kepada Tuhan yang telah mempercayakan kepada Ibu Pertiwi untuk melahirkan kita semua, bangsa Indonesia.

Walloohu a’lam bish showwaab

Bandung, 02 Januari 2018

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url